MAKALAH
Tehnik Mendapatkan Umpan Balik
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas :
Mata
Kuliah : Strategi Belajar Mengajar
Dosen
Pengampu : Chusna Maulida, M. Pd.I
Disusun
Oleh :
Eka NurKhasanah
|
202 109 143
|
|
|
Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri
( STAIN
) PEKALONGAN
2011
A.
Pendahuluan
Suatu realita yang biasa kita temukan, di
dalam ruang kelas ketika sesi kegiatan
belajar-mengajar berlangsung, nampak
beberapa atau sebagian besar siswa belum belajar sewaktu guru mengajar.
Sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan
untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Juga, beberapa siswa belum belajar sampai
pada tingkat pemahaman. Siswa baru mampu mempelajari fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan
gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan
dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari. Ini
terjadi karena, guru belum optimal memberdayakan potensi masing-masing siswa yang sering kali
tersembunyi.
Pada permasalahan ini ada
salah satu tehnik yang mendukung yaitu umpan balik yang mana umpan balik ini
akan saya bahas, bagaimana teknik-teknik mendapatkan umpan balik, diantaranya
dengan memancing apersepsi anak didik, memanfaatkan teknik alat bantu
akseptabel, menggunakan metode yang bervariasi, dan lain – lain.
B.
Pembahasan
a. Makna Umpan Balik
Yang
dimaksud dengan umpan balik adalah pemberian informasi yang diperoleh
dari tes atau alat ukur lainnya kepada siswa untuk memperbaiki atau
meningkatkan hasil pencapaian/hasil belajarnya.[1]
Termasuk dalam “ alat ukur lainnya” itu adalah
pekerjaan rumah ( PR ). Dan pertanyaan yang diajukan guru dalam kelas. Dari
batasan ini dapat disimpulkan bahwa umpan balik berkaitan erat dengan kegiatan
mengajar terdahulu yang dievaluasi dengan suatu alat evaluasi. Hasil evaluasi
ini memberikan informasi mengenai sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi
yang disajikan dalam proses/kegiatan belajar mengajar.
Umpan balik hanya dapat berfungsi memperbaiki
belajar siswa dalam kondisi tertentu saja. Hanya menyajikan tes dan memberikan serta menyampaikan skor kepada
siswa tidak terlalu mempengaruhi penampilan siswa. Baru bermanfaat apabila guru
bersama siswa menelaah kembali jawaban – jawaban tes baik yang dijawab benar
maupun salah oleh siswa diberikan kesempatan memperbaiki jawabannya yang salah
itu.
Kondisi atau keadaan siswa maupun situasi
pengajaran menentukan keberhasilan usaha pemberian umpan balik terhadap belajar
siswa. Berikut ini beberapa ketentuan mengenai umpan balik :
1. Umpan balik tidak mempermudah belajar jika :
a. Siswa sudah mengetahui jawaban yang benar
sebelum memberikan jawaban atas soal itu ( misalnya “ nyontek” jawaban yang
benar dari temannya tanpa mengolah soal itu dalam pemikirannya sendiri ).
b. Bahan yang hendak dipelajari terlalu sukar
dimengerti oleh siswa sehingga siswa umumnya menebak jawaban soal – soal yang
diberikan.
2. Umpan balik membantu dan mempermudah belajar
siswa apabila dipenuhi syarat – syarat berikut ini :
a. Mengkonfirmasikan jawaban – jawaban benar yang
diberikan siswa, dan menyampaikan kepadanya seberapa jauh dia mengerti belajar
yang disajikan.
b. Mengidentifikasikan kesalahan serta
memperbaikinya atau menyuruh siswa memperbaiki sendiri.
b. Tujuan Umpan Balik
Umpan balik tidak sama dengan penilaian. Umpan
balik hanya bertujuan untuk mencari informasi sampai dimana murid mengerti
bahan yang telah dibahas. Selain itu murid/mahasiswa juga diberikan kesempatan
untuk memeriksa sampai dimana mereka mengerti bahan tersebut, sehingga mereka
dapat melengkapi pengertian – pengertian yang belum lengkap.
Jam pelajaran atau jam kuliah selanjutnya tidak
mungkin diberikan kalau pengajar tidak tahu secara pasti hasil pelajaran
sebelumnya. Pengajar dapat mengetahui hasil pelajaran sebelumnya dengan cara :
1. Lewat kesan yang diperoleh selama jam pelajaran
itu sendiri.
2. Lewat informasi sederhana dari pihak murid
melalui pertanyaan – pertanyaan lisan yang diajukan oleh pengajar selama atau
setelah jam pelajaran.
3. Lewat informasi tertulis dari pihak murid yang
diperoleh melalui ujian singkat.
Menurut Kardi dan Nur, untuk memberikan umpan
balik yang efektif kepada siswa yang jumlahnya banyak, dapat digunakan beberapa
pedoman yang patut dipertimbangkan, sebagai berikut :
a. Memberikan umpan balik sesegera mungkin setelah
latihan, hal ini tidak berarti umpan balik perlu diberikan kepada siswa dengan
seketika, namun umpan balik seharusnya diberikan segera setelah latihan
sehingga siswa dapat mengingat dengan jelas kinerja mereka sendiri.
b. Mengupayakan agar umpan balik jelas dan
spesifik mungkin agar dapat membantu siswa. Misal “ Tiga kata tertulis salah
pada makalah anda : efiktif, posatif, dan vartikal,” bukan “ Terlalu banyak
kata yang salah ketik.
c. Umpan balik ditujukan langsung pada tingkah
laku dan bukan pada maksud yang tersirat dalam tingkah laku tersebut. Misal, “
saya tidak dapat membaca tulisan anda, karena jarak antara baris yang satu
dengan baris yang lain terlalu rapat”, dan bukan “ Tulisan tidak rapi dan
kurang jelas”
d. Menjaga umpan balik sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa. Umpan balik harus diberikan secara hati – hati agar
berguna. Kadang – kadang siswa diberi umpan balik terlalu banyak atau umpan
balik yang terlalu rumit bagi siswa untuk menanganinya.
e. Memberikan pujian dan umpan balik pada kinerja
yang benar.
f. Membantu siswa memusatkan perhatiannya pada
proses dan bukan pada hasil. Merupakan tanggungjawab guru agar siswa memusatkan
perhatiannya pada proses atau teknik tertentu. Siswa perlu disadarkan, bahwa
teknik yang salah dapat saja memberikan hasil tetapi hasil tersebut akan
menjadi penghambat untuk perkembangannya lebih lanjut.
g. Mengajari siswa cara memberi umpan balik kepada
dirinya, sendiri, dan bagaimana menilai keberhasilan kinerjanya sendiri.
Belajar bagaimana menilai keberhasilan sendiri dasn memberikan umpan balik
kepada dirinya sendiri merupakan hal penting yang perlu di pelajari siswa.
c. Fungsi Umpan Balik
Umpan balik mempunyai tiga fungsi utama, yakni
fungsi informasional, motivasional, dan komunikasional.[2]
1. Fungsi Informasional
Tes sebagai alat penilaian pencapaian hasil
belajar siswa diperiksa menurut criteria tertentu yang telah ditetapkan
terlebih dahulu.
Hasil tes itu, dengan demikian memberikan hasil
tentang sejauh mana siswa telah menguasai materi yang diterimanya dalam proses
belajar mengajar. Berdasarkan informasi ini dapat di upayakan umpan balik
berupa pengayaan atau perbaikan.
Informasi yang diberikan dalam umpan balik
dibedakan atas lima tingkat, yakni :
a. Tidak ada umpan balik
b. Umpan balik berupa keterangan mengenai salah
atau benar jawaban yang diberikan siswa
c. Umpan balik berupa keterangan mengenai salah
atau benarnya jawaban ditambah dengan menunjukkan jawaban yang benar (knowledge
of the correct response ( KCR )
d. KCR + penjelasan
e. KCR + pengajaran tambahan
2. Fungsi Motivasional
Dengan pemberian umpan balik, maka tes
sekaligus pula berfungsi sebagai motivator bagi para siswa untuk belajar.
Dalam kaitan dengan fungsi motivasional ini
dipertanyakan manfaat penyampaian hasil belajar secara umum sebagai upaya umpan
balik, misalnya melalui papan pengumuman. Sebagaimana umpan balik dapat
berpengaruh secara negative kepada siswa disamping pengaruh positif yang
dimaksud demikian pula pengumuman hasil evaluasi melalui papan pengumuman
mempunyai dampak positif maupun negative kepada siswa disamping pengaruh
positif yang dimaksud.
3. Fungsi Komunikasional
Pemberian umpan balik merupakan komunikasi
antara siswa dan guru. Guru menyampaikan hasil evaluasi kepada siswa dan
bersama siswa membicarakan upaya peningkatan atau perbaikannya. Dengan
demikian, melalui umpan balik siswa mengetahui letak kelemahannya, dan sendiri
atau bersama guru bereaksi terhadap hasil tersebut.[3]
Pada bagian terdahulu telah disinggung bahwa
pola umum terjadinya interaksi belajar mengajar adalah terjadinya interaksi antara
tiga unsure, yaitu guru, bahan, dan anak didik. Bahan sebagai isi dari proses
belajar mengajar disampaikan guru untuk diterima oleh anak didik. bahan disini
untuk perantara untuk terjadinya
interaksi belajar mengajar antara guru dengan anak didik. itu berarti tanpa
bahan tidak akan terjadi interaksi
belajar mengajar. Apa yang harus guru ajarkan kepada anak didik bila guru tidak
mempunyai bahan yang harus disampaikan kepada anak didik. apa yang harus
diterima oleh anak didik bila guru tidak memberikan bahan dalam pengajarannya.
Karena itu, bahan merupakan unsure yang penting dalam kegiatan tersebut.
Untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik
diperlukan beberapa tekhnik yang sesuai dan tepat dengan diri setiap anak didik
sebagai makhluk individual. Berikut ini akan diuraikan beberapa tekhnik untuk
mendapatkan umpan balik dari anak didik yaitu di antaranya :
1. Memancing Apersepsi Anak Didik
Anak didik adalah makhluk individual. Anak
didik adalah orang yang mempunyai
kebribadian dengan cirri - cirri yang
khas sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhannya. Perkembangan dan
pertumbuhan anak didik mempengaruhi sikap dan tingkah lakunya. Perkembangan dan
pertumbuhan anak didik itu sendiri dipengaruhi lingkungan dimana anak hidup
berdampingan dengan orang lain disekitarnya dan dengan alam lingkungan hidup
lainnya. Itulah sebabnya, anak sebagai makhluk individual suatu waktu harus
hidup berdampingan dengan semua orang dalam lingkungan kehidupan social di
masyarakat.
Dalam mengajar, pada saat yang tepat memanfaatkan
hal – hal yang menjadi kesenangan anak untuk diselipkan dalam melengkapi isi
dari bahan pelajaran yang disampaikan. Tentu saja pemanfaatannya tidak
sembarangan, tetapi harus sesuai dengan bahan pelajaran. Pendekatan realisasi
ini dirasakan keampuhannya untuk memudahkan pengertian dan pemahaman anak didik
terhadap bahan pelajaran yang disajikan. Anak mudah menyerap bahan yang
bersentuhan dengan apersepsinya. Bahan pelajaran yang belum pernah didapatkan
dan masih asing baginya, mudah diserap bila penjelasannya dikaitkan dengan
apersepsi anak.[4]
2. Memanfaatkan Taktik Alat Bantu yang Akseptabel
Seorang guru kadang menemukan kesulitan untuk
menanamkan pengertian atas bahan pelajaran yang disampaikan kepada anak didik.
bahan pelajaran yang rumit dan kompleks cukup sukar digambarkan melalui kata –
kata dan kalimat.daya serap anak didik terhadap kalimat yang guru sampaikan
relative kecil, karena anak didik hanya menggunakan indra pendengarnya ( audio
), bukan penglihatannya (visual). Selain itu, juga karena penguasaan bahasa
anak yang relative belum banyak.
Ada
beberapa macam alat Bantu yang dapat diterima oleh siswa, agar mereka mudah
memahami pelajaran diantaranya adalah:
Audio-Visual
Cara ini menyajikan contoh situasi nyata atau contoh
situasi buatan dalam sajian tayangan hidup (film).
Visualisasi Verbal
Cara ini banyak berkaitan dengan
membaca buku pelajaran, buku sumber, ensiklopedia, lembar kegiatan/lembar
kerja, carta, grafik, table. Pada beberapa buku biasanya tidak hanya menyajikan
uraian teks, tetapi juga dilengkapi dengan beragam ilustrasi (gambar). Dengan
demikian, siswa yang memiliki daya abstraksi lemah dapat terbantu dengan
keberadaan ilustrasi/gambar tersebut.
Audio Verbal
Guru terbiasa menggunakan cara audio-verbal dalam bentuk ceramah. Pada keadaan
ini, siswa senantiasa diam-pasif sambil mendengarkan penjelasan guru.
Kekurangan atau kelemahan cara ini adalah ada sebagian siswa tidak mudah untuk
menyamakan informasi yang diceramahkan guru dengan pengetahuan awal siswa.
Kalau keadaan ini berkelanjutan, peristiwa belajar cenderung tidak berlangsung.
Untuk mengatasinya, guru harus mengurangi cara ini, atau kalau terpaksa perlu
berceramah cukup antara 20 – 25 menit saja dan diselingi dengan kegiatan yang
lain.
3. Memilih Bentuk Motivasi Yang Baik
Motivasi merupakan kekuatan yang maha dahsyat
dalam diri manusia. Jadi, persoalan prestasi belajar pun seringkali merupakan
persoalan motivasi. Menurut Bobbi dePotter dkk. Terdapat beberapa cara untuk
menumbuhkan budaya belajar berprestasi, dalam rumus TANDUR, yakni :
·
Tumbuhkan.
Tumbuhkan minat dengan memuaskan. Apa manfaatnya bagiku dan manfaatkan
kehidupan siswa.
·
Alami.
Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua siswa.
·
Namai.
Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
·
Demonstrasikan.
Sediakan kesempatan bagi anak didik untuk menunjukkan bahwa mereka tahu, jangan
biarkan anak menjadi pendengar pasif.
·
Ulangi.
Tunjukkan pada anak didik cara – cara mengulang materi dan tegaskan bahwa
mereka adalah murid – murid yang cerdas, jangan dikecam. Sebab kecaman guru
merupakan proses pembodohan yang terjadi secara disengaja.
·
Rayakan.
Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi dan pemerolehan keterampilan dan ilmu
pengetahuan. Guru jangan kikir dengan pujian anak.[5]
Mempertahankan minat dan motivasi anak didik
terhadap bahan pelajaran yang diberikan bisa dalam bentuk lain seperti :
a. Memberi Angka
Angka merupakan symbol prestasi yang diperoleh
siswa. Beri penjelasan pada anak bahwa prestasi belajar dapat terpresentasikan
dalam symbol angka.
b. Hadiah
Hadiah merupakan pengakuan atas prestasi anak
didik yang dapat diberikan dalam bentuk fisik ( cinderamata, piagam ) atau non
fisik seperti : isyarat positif, pujian dan lain - lain
c. Gerakan Tubuh
Gerakan tubuh dalam mimic yang cerah, dengan
senyum, mengangguk, acungan jempol, tepuk tangan, memberi salam, menaikkan
bahu, geleng – geleng kepala, menaikkan tangan dan lain – lain.
d. Memberi Tugas
Tugas yang diberikan bukan tugas tambahan,
tetapi tugas pengakuan atas prestasi agar anak didik merasa percaya diri dan
merasa diakui.
e. Memberi Ulangan
Ulangan merupakan alat untuk menunjukkan
prestasi belajar anak didik dari sebaiknya hasil ulangan diumumkan pada teman –
temannya.
f. Hukuman
Hukuman bukan alat untuk menakut – nakuti anak,
tetapi untuk merubah cara berpikir anak. Bahwa setiap pekerjaan (baik atau
buruk) memiliki konsekuensi.[6]
4. Menggunakan Metode yang Bervariasi
Metode adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses belajar
mengajar. Setiap kali mengajar guru pasti menggunakan metode. Metode yang
dipergunakan itu tidak sembarangan, melainkan sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Penggunaan metode mengajar yang bervariasi
dapat menggairahkan belajar anak didik. pada suatu kondisi tertentu anak didik
merasa bosan dengan metode ceramah, disebabkan mereka harus dengan setiap dan
tenang mendengarkan penjelasan guru tentang suatu masalah. Kegiatan pengajaran
seperti itu perlu guru alih dengan suasana yang lain, yaitu barangkali
menggunakan metode Tanya jawab, diskusi atau metode penugasan, baik kelompok atau
individual, sehingga kebosanan itu dapat terobati dan berubah menjadi suasana
kegiatan pengajaran yang jauh dari kelesuan.
Setelah ceramah kemudian diselingi dengan Tanya
jawab seperlunya untuk mengetahui tingkat pemahaman anak didik terhadap apa
yang baru saja dijelaskan, merupakan cara yang dapat dipergunakan untuk
mendapatkan umpan balik dari anak didik.
Tanya jawab bisa terjadi antara anak didik kepada guru dan juga guru terhadap
anak didik. penggunaan metode yang bervariasi sebagaimana disebutkan di atas
dapat menjembatani gaya – gaya belajar anak didik dalam menyerap bahan
pelajaran. Umpan balik dari anak didik akan bangkit sejalan dengan penggunaan
metode mengajar yang sesuai dengan kondisi psikologis anak didik. maka adalah
penting memahami kondisi psikologis anak didik sebelum menggunakan metode
mengajar guna mendapatkan umpan balik
optimal dari setiap anak didik.
C.
Penutup
Itulah sekelumit tentang tehnik mendapatkan
umpan balik, dimana tehnik umpan balik ini mempunyai tujuan untuk mencari
informasi sampai dimana peserta didik memahami dan menguasai bahan materi yang
di ajarkan, serta memberi kesempatan kepada mereka untuk mengoreksi diri
terhadap semua kekurangan yang ada, sehingga mereka dapat melengkapi pemahaman
mereka yang belum lengkap. Di antara tehnik – tehnik itu adalah :
§ Memancing apersepsi anak didik
§ Memanfaatkan taktik alat bantu yang akseptabel
§ Memilih bentuk motivasi yang baik
§ Menggunakan metode yang bervariasi
Daftar Pustaka
Djamarah,
Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Faturrohman, Pupuh & M. Sobry Sutikno. 2010. Strategi
Belajar Mengajar, Bandung : PT. Refika Aditama
Mustakim,
Zaenal. 2009. Strategi & Metode
Pembelajaran, Pekalongan : STAIN Press
Silverius,
Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar
Dan Umpan Balik, Jakarta : PT Rasindo
[1] Zaenal Mustaqim, Strategi dan Metode Pembelajaran. Stain Pekalongan
Press, 2009, h. 14
[2] Suke Silverius. Evaluasi Hasil Belajar Dan Umpan Balik, Jakarta :
PT Rasindo, 1991, h. 149
[3] Zaenal Mustakim, Strategi & Metode Pembelajaran, Stain
Pekalongan Press, 2009, h.23
[4] Syaiful Bahri Djamarah. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT.
Rineka Cipta, 2006. h. 144
[5] Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno¸Strategi Belajar
Mengajar, PT. Refika Aditama : Bandung, 2010. h. 100
[6] Ibid. 101
ijin copas ya.
BalasHapus