Minggu, 20 Mei 2012

Potret Sistem Pendidikan Di Mesir


MAKALAH

Potret Sistem Pendidikan Di Mesir

Disusun Untuk Memenuhi Tugas :
Mata Kuliah : Perbandingan Pendidikan
Dosen Pengampu :  Muhlisin M. Ag





 










Disusun Oleh :

Eka Nur Khasanah
202 109 143
Islakhul Mila Meka
Naviana Zumrotun
Tatik Suryawati


202 109 119
202 109
202 109


Sekolah Tinggi Ilmu  Agama Islam Negeri ( STAIN ) Pekalongan
Jurusan Tarbiyah
2012
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sesuatu hal yang mutlak  ada dan harus dipenuhi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat dimana pendidikan harus bertumpuh pada pemberdayaan semua komponen masyarakat melalui peran sertanya. Dalam mewujudkan
sejarah modernisasi pendidikan di Mesir sangat lekat dengan gerakan pembaharuan Islam. 
Saat ini sistem pendidikan di Mesir sudah mengalami modernisasi dan pemerintah sudah menerapkan kebijakan-kebijakan tertentu yang berhubungan dengan pendidikan. Dalam makalah ini akan membahas tentang “Potret Sistem Pendidikan Di Mesir”.



PEMBAHASAN
A.    Potret  Sistem Pemerintahan
Nama Resmi                     : Republik Arab Mesir
Sistem Pemerintahan       : Republik
Julukan Mesir                   : Ardhul Anbiyaa’ (negeri para nabi), ardhul kinaanah (negeri       tempat anak panah, alfi Mi’dzanah (negeri seribu menara), ardhul hadhaaraat (negeri berbagai peradaban), ummud dunya (pusat dunia).
Kepala Negara                  : Presiden (dipilih melalui pemilu)
Hari Kemerdekaan           : 18 Juni 1953
Ibu kota                             : Cairo
Jumlah Penduduk            : Mesir merupakan negara Arab yang paling banyak penduduknya sekitar 74 juta orang. Hampir seluruh populasi terpusat di sepanjang sungai Nil, sepanjang Delta Nil dan dekat Terusan Suez
 Agama                               : 90% dari penduduk Mesir memeluk Islam  (sunni dan sufi), dan 10% memeluk Kristen (mayoritas kristen koptik).
Bahasa                               : Arab[1]
Lagu Kebangsaan              : Biladi, Biladi, Biladi

B.    Kondisi Demografi Dan Potensi Income Negara
Mesir terletak di perbatasan antara benua Asia dan benua Afrika, serta menjadi pintu masuk bagi kedua benua tersebut. Mayoritas wilayah Mesir terletak di benua Afrika dan sebagian kecilnya terletak di benua Asia, yaitu wilayah Sinai yang di dalamnya terdapat gunung Tursina. Di sebelah utara Mesir terdapat laut Mediteranian (Laut Tengah) dan disebelah timur terdapat Laut Merah. Kedua laut ini dipertemukan dengan Terusan suez. Di sebelah barat, Mesir berbatasan dengan Libya, di sebelah selatan berbatasan dengan Sudan dan di sebelah timur berbatsan dengan Palestina dan Israel.
Penduduk Mesir sekitar 74 juta orang. Luas wilayah negara mesir adalah 1.135.489 KM.[2]
                  Letak geografis Mesir yang cukup strategis membuat jalur perdagangan diantara negara di Timur Tengah menjadi lancar, sumber mineral yang paling potensial adalah penemuan minyak bumi pada pertengahan tahun 1980-an, telah menjadi penghasil Minyak dunia. Dan dalam dua tahun dapat menghasilkan panen dua kali yaitu panen utama pada musim dingin adalah gandum, beras, bawang, dan semanggi, sedangkan panen kedua pada musim panas adalah panen kapas dan jagung.
Mesir juga mempunyai sector income pertambangan dan industry, seperti biji besi, dan fasfot. Dan hasil industri meliputi semen, minuman, produk kulit, kertas, baju dan pupuk.  Industri pariwisata juga berperan besar sebagai sumber pemasukan devisa Mesir. Sektor ini menghasilkan rata-rata dua milyar dollar dari wisatawan Asing. Disamping memiliki potensi pariwisata, Mesir juga tergolong negara Arab yang subur. Tidak seperti gambaran negara Timur Tengah pada umumnya, yakni penuh dengan padang pasir dan sahara, Sungai Nil yang mengalir sepanjang jalur Mesir menyuburkan tanah pertanian, seolah menyulap gurun yang gersang menjadi padang rumput yang hijau Di antara hasil pertaniannya adalah  korma dan gandum. Bahkan, korma itu dibudidayakan untuk ekspor ke luar negeri, yang meningkat konsumsinya tiap menjelang Ramadhan.[3]

C.    Potret Dan Dinamika Penyiaran Agama Islam
Sejarah mesir telah terbentang sejak 3200 tahun SM. Para ahli sejarah membagi perjalanan sejarah Mesir menjadi dua, yaitu Mesir Kuno dan Mesir Modern. Sejarah Mesir Kuno sendiri dibagi menjadi dua masa, yaitu:
1.     Sejarah Mesir Pra-Islam
2.     Sejarah Mesir Pasca-Islam
Sejarah Mesir Pra-Islam dimulai dengan Zaman Paraonic yaitu dari tahun 3400-332 SM yang melewati 30 dinasti. Kemudian disusul oleh periode Hellenistic yaitu dari tahun 332-30 SM. Di sela-sela itulah, yaitu pada tahun 323 SM, kota Alexandria dibangun oleh Alexander the Great. Kemudian dilanjutkan oleh periode Romawi yaitu dari tahun 31 SM hingga 621 M.
Adapun pasca-islam, dimulai dari tahun 642-1914 M. Pada periode ini Mesir dipimpin oleh beberapa dinasti. Adapun Mesir modern dimulai dari tahun 1914 hingga sekarang  disebut dengan Century Egypt. Kemudian tanggal 28 Februari 1922 menjadi hari kemerdekaan Mesir dari penjajahan Prancis. Dasn pada tanggal 18 Juli 1953 Mesir ditetapkan  sebagai Negara  Republik  dengan Jenderal Muhammad Naguib sebagai presiden pertama.[4]

D.    Filsafat Pendidikan Yang Dijadikan Dasar Pengembangan Pendidikan
Filosofi islam dari  Mesir, Muhammad Abduh  mengemukakan bahwa pendidikan bertujuan mendidik akal dan jiwa serta mengembangkannya hingga batas-batas yang memungkinkan anak didik mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Proses pendidikan dapat membentuk kepribadian muslim yang seimbang, pendidikan tidak hanya mengembangkan aspek kognitif (akal) semata tapi perlu menyeleraskan dengan aspek afektif (moral) dan psikomotorik (keterampilan).[5] Oleh sebab itulah baru-baru ini terdengar isu bahwa menteri pendidikan Mesir Ahmed Zaki Badr akan merubah kurikulum tahun akademik 2011/2012 dengan menambahkan pelajaran tentang “etika”.
Secara historis, modernisasi pendidikan di Mesir berawal dari pengenalan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Napoleon Bonaparte pada saat penaklukan Mesir. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai Napoleon Bonaparte yang berkebangsaan Perancis ini, memberikan inspirasi yang kuat bagi para pembaharu Mesir untuk melakukan modernisasi pendidikan di Mesir yang dianggapnya stagnan.
Di antara tokoh-tokoh tersebut adalah Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Ali Pasha. Dua yang terakhir, secara historis, kiprahnya paling menonjol jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh yang lain. Sistem Pendidikan di negara Mesir meliputi:
1. Sekolah Dasar (Ibtida’i)  selama 5 tahun, grade 1 sd grade 5
2. Sekolah Menengah Pertama (I’dadi) selama 3tahun; grade 6 sampai grade 8
3. Sekolah Menengah Atas (Tsanawiyah ‘Ammah) selama 3 tahun; grade 9 sampai grade 11
4. Tingkat universitas selama 4-6 tahun.[6]
Pendidikan wajib di Mesir berlaku sampai “ grade 8” dan ini dikenal sebagai pendidikan dasar. Pendidikan tinggi di universitas dan institusi spesialisasi mengikuti pendidikan akademik umum. Pendidikan padaa sebagian lembaga perguruan  tinggi berlangsung selama dua,empat, atau lima tahun tergantung pada bidang dan program yang dipilih.

E.    Sistem Managemen/Pengelolaan Pendidikan
a.     Otorita
Sistem pendidikan Mesir adalah tanggung  tanggung jawab Kementrian Pendidikan negara. Kementrian Pendidikan bertanggung jawab mulai dari pendidikan prasekolah sampai pendidikan tinggi dalam aspek perencanaan, kebijakan, kontrol kualitas, koordinasi dan pengembangannya. Pejabat-pejabat pendidikan di tingkat governorat bertanggung jawab atas pengimplementasiannya. Ringkasnya, mereka bertanggung jawab atas segala sesuatu untuk menjamin terselenggaranya operasional sekolah dengan efisien.
Menteri memimpin sidang Dewan Tertinggi Universitas yang bertanggung jawab atas perencanaan dan pembuatan kebijakan. Sekolah swasta merupakan bagian penting dalam sistem pendidikan nasional dan dalam tahun 1988 menampung sekitar 8% murid. Sekolah swasta pada umumnya berada di bawah pengawasan Kementrian Pendidikan. Dalam praktek, kurikulum sekolah swasta hampir sama dengan kurikulum yang berlaku di sekolah negeri.
b.     Pendanaan
Perhatian pemerintah Mesir terhadap dunia pendidikan cukup tinggi. Ada satu slogan yang pernah popular di Mesir, yaitu “Pendidikan adalah hak setiap penduduk, seperti air dan udara”. Oleh karena itu, bagi penduduk Mesir Pendidikan di institusi-institusi pemerintah atau negerti sangat murah, jauh disbanding institusi swasta.
Mesir menerima bantuan dari Bank Dunia, UNICEF, UNESCO dan negara-negara sahabat seperti Amerika Serikat, German, Kerajaan Inggris, dan negara-negara Arab. Walaupun jumlah bantuan itu cukup besar, namun masih banyak lagi yang harus dicapai dalam bidang pendidikan, terutama dalam meningkatkan efisiensi manajemen dan belanja pendidikan. Sistem pendidikan saat ini mempertimbangkan sekolah persiapan (sekola menengah pertama) sebagai jenjang terakhir untuk wajib belajar.
Usia wajib belajar yang selama 6 tahun di Mesir disini mereka bebas bayar, baik disekolah negeri maupun swasta.
c.      Personalia
Kementerian Pendidikan memiliki hampir 2000 sfat professional dan staf pendukung, biasanya dipilih dengan cermat. Para perencana, misalnya biasanya dipilih dari lulusan universitas dengan tambahan pendidikan selama satu tahun di Institut Perencanaan di Kairo. Pada umumnya, yang dipilih adalah mereka yang telah menunjukkan keterampilan mengajar yang sangat baik. Pelajaran-pelajaran khusus juga diberikan kepada orang yang akan menjadi inspektur, konsultan, supervisor, kepala sekolah, asisten teknik, direktur dan sebagainya.
Universitas saat ini membuka jurusan untuk pendidikan guru sekolah dasar, yang dalam jangka panjang akan ikut meningkatkan kualifikasi guru-guru sekolah wajib belajar. Sampai akhir tahun 1980-an, kekurangan guru sudah biasa, tetapi akhir-akhir ini jumlah suplai guru sudah melebihi pada beberapa sekolah dan daerah. oleh karena itu, guru-guru baru harus terlebih dahulu mengajar beberapa waktu di pedesaan atau pedalaman sebelum diberi hak untuk diangkat sebagai guru tetap. Pendidikan guru saat ini saat ini dilaksanakan di universitas dengan masa belajar selama empat tahun sebagai pendidikan paling rendah untuk menjadi guru sekolah dasar dan sekolah menengah.
Terjadi suatu hal yang sangat aneh di Mesir yaitu kekurangan guru agama Islam dan guru bahasa Arab yang sangat besar jumlahnya. Juga terdapat kekurangan guru dalam bidang seni, pertanian, music, dan berbagai cabang ilmu pendidikan teknik. Hal ini mungkin disebabkan oleh profesi guru yang kurang menarik. Status guru secara umum, dan guru bahasa Arab khususnya perlu mendapaat perhatian yang lebih sungguh-sungguh.[7]
d.     Kurikulum dan Metodologi Pengajaran
Untuk menangani dunia pendidikan, pemerintah Mesir memisahkan birokrasi sistem pendidikan. Sistem Pendidikan Dasar hingga Menengah Atas, berada di bawah naungan seorang menteri di Departemen Pendidikan dan Pengajaran. Sedangkan Sistem Pendidikan Tinggi berada di bawah naungan menteri yang berbeda di Departemen Tinggi dan Riset Teknologi. Dan untuk lembaga pendidikan al-Azhar dengan segal jenjangnya, tidak berada di bawah Departemen Pendidikan dan Pengajaran atau Departemen Pendidikan Tinggi dan Riset Teknologi.
Di Mesir, kurikulum adalah hasil pekerjaan tim. Tim ini terdiri dari konsultan, supervisor, para ahli, para professor pendidikan, dan guru-guru yang berpengalaman. Biasanya ada sebuah panitia untuk setiap mata pelajaran atau kelompok pelajaran, dan ketua-ketua panitia ini diundang rapat sehingga segala keputusan dapat dikoordinasikan. Buku teks menurut kurikulum tidak persis sama dengan kurikulum yang dilaksanakan. Perbedaannya disebabkan oleh berbagai faktor seperti kondisi kelas, kurangnya alat peraga dan perlengkapan lainnya, dan kualitas guru.
Bahasa asing diajarkan pada sekolah menengah, dan kadang-kadang juga mulai diajarkan pada sekolah-sekolah dasar swasta. Pelajaran bahasa asing merupakan keharusan di sekolah, dan bahasa Inggris. Perancis dan Jerman merupakan tiga bahasa asing yang dipilih. Permerintah Mesir sangat gigih mendorong lebih banyak pengajaran asing terutama bahasa Ingggris dengan visi pendidikan global.
Materi pelajaran disiapkan oleh berbagai badan atau lembaga termasuk panitia kurikulum dari semua jurusan, para akademisi, dan asosiasi guru-guru mata pelajaran. Pada umumnya, sekolah dan masing-masing guru mempunyai kebebasan yang agak luas dalam memilih materi pelajaran.
e.     Ujian, Kenaikan Kelas dan Sertifikasi
Sistem ujian di Mesir sangat mempengaruhi pemikiran murid, orang tua serta para pejabat pendidikan karena begitu pentingnya hasil ujian itu. Ujian naik kelas ditetapkan pada grade 2,4 dan 5 dan ujian negara pertama dilaksanakan pada akhir grade 8. Murid yang lulus mendapatkan sertifikat Pendidikan Dasar, dan dengan itu dapat melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. Tak berbeda dengan di Indonesia, jumlah skor dalam ujian sangat menentukan jenis sekolah yang akan dimasuki, dan hal itu sangat penting karena pada umumnya hanya murid-murid yang mendapat skor tinggi saja yang dapat masuk ke sekolah-sekolah menengah akademik yang diingini menuju universitas. Ujian yang sangat kompetitif ini membuat siswa harus belajar keras, les privat, dan bahkan menimbulkan aksi pencontekan dalam berbagai rupa.
f.      Evaluasi dan Penelitian Pendidikan
Evaluasi di Mesir untuk dapat naik ke grade selanjutnya penilaian tidak berasal dari kegiatan sehari- hari dan sikap. Tetapi dari ujian semester, soalnya berasal dari pemerintah pusat. 
Beberapa penelitian pendidikan dilakukan bekerja sama dengan Bank Dunia, UNESCO, UNICEF, dan badan-badan PBB lainnya, misalnya penelitian: “Anak Tidak Naik Kelas dan Putus Sekolah”, “Pengaruh Makanan terhadap Hasil Pendidikan”, “Motivasi Belajar pada Orang-orang Buta Huruf Dewasa” dan sebagainya. Pada tingkat pendidikan tinggi, perubahan kebijakan penelitian telah mempengaruhi pengembangan Pusat Penelitian Pendidikan Nasional Mesir dalam tahun 1989. Penelitian lebih ditekankan pada penelitian terapan dan penyediaan dana lebih  bersifat kompetitif berdasarkan review.


Penutup
Itulah sekelumit tentang sistem pendidikan di Mesir, disini ada catatan khusus dari pemakalah yaitu mengenai kekurangan guru agama islam dan guru bahasa Arab di Mesir tidak saja aneh menurut pemakalah, tetapi sekaligus membuktikan bahwa jabatan guru bukanlah profesi sambilan. Dianggap aneh karena SDM potensial tersedia dalam jumlah besar di Mesir, barang kali ilmu agama islam dan bahasa Arab sudah dianggap kurang ilmiah dan tidak tinggi prestisenya dibanding ilmu-ilmu lain. Padahal asumsi tersebut adalah keliru, orang yang mampu berbahasa Arab tidak berarti secara otomatis dapat pula mengajarkannya kepada orang lain , khususnya di lembaga-lembaga pendidikan.



Daftar Pustaka
Al- Kattani, Abdul Hayyie dkk. 2009. Study In Islamic Countries. Jakarta: Gema Insani
Assegaf, Abd. Rachman. 2003. Internasionalisasi Pendidikan. Yogyakarta: Gama Media
Nur, Agustiar Syah. 2001.  Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara.  Bandung: Lubuk Agung
http://id.wikipedia.org/wiki/Mesir di akses pada hari jumat 24 Februari 2012, pukul 12.01
http://sahabatilmucenter.wordpress.com/landasan-pendidikanfilsafat-ilmu/ diakses pada tanggal 19 Maret 2012 pukul 09.31 WIB






[1] Abdul Hayyie al-Kattani. Dkk, Study In Islamic Countries, (Jakarta: Gema Insani, 2009) hal. 19-20
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Mesir di akses pada hari jumat 24 Februari 2012, pukul 12.01

[3] Abd. Rachman Assegaf, Internasionalisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Gama Media, 2003) hal. 64-65
[4] Abdul hayyie… 20
[5] http://sahabatilmucenter.wordpress.com/landasan-pendidikanfilsafat-ilmu/ diakses pada tanggal 19 Maret 2012 pukul 09.31 WIB
[6] Op. cit hal. 62
[7] Agustiar Syah Nur, Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara, (Bandung: Lubuk Agung, 2001) hal. 232-235

Tidak ada komentar:

Posting Komentar