MAKALAH
Potret Sistem Pendidikan Di Mesir
Disusun Untuk Memenuhi Tugas :
Mata Kuliah : Perbandingan Pendidikan
Dosen Pengampu : Muhlisin M. Ag
Disusun Oleh :
Eka Nur
Khasanah
|
202 109 143
|
Islakhul Mila Meka
Naviana Zumrotun
Tatik Suryawati
|
202 109 119
202 109
202 109
|
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Negeri ( STAIN ) Pekalongan
Jurusan Tarbiyah
2012
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sesuatu hal yang mutlak ada dan harus dipenuhi dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dimana pendidikan harus bertumpuh pada
pemberdayaan semua komponen masyarakat melalui peran sertanya. Dalam mewujudkan
sejarah modernisasi pendidikan di Mesir sangat lekat dengan gerakan pembaharuan Islam.
sejarah modernisasi pendidikan di Mesir sangat lekat dengan gerakan pembaharuan Islam.
Saat ini sistem pendidikan di Mesir sudah mengalami
modernisasi dan pemerintah sudah menerapkan kebijakan-kebijakan tertentu yang
berhubungan dengan pendidikan. Dalam makalah ini akan membahas tentang “Potret
Sistem Pendidikan Di Mesir”.
PEMBAHASAN
A. Potret Sistem Pemerintahan
Nama Resmi :
Republik Arab Mesir
Sistem Pemerintahan :
Republik
Julukan Mesir : Ardhul Anbiyaa’ (negeri para nabi), ardhul kinaanah (negeri
tempat anak panah, alfi Mi’dzanah (negeri
seribu menara), ardhul hadhaaraat (negeri
berbagai peradaban), ummud dunya
(pusat dunia).
Kepala Negara :
Presiden (dipilih melalui pemilu)
Hari Kemerdekaan :
18 Juni 1953
Ibu kota :
Cairo
Jumlah Penduduk : Mesir merupakan negara Arab yang paling banyak penduduknya sekitar 74 juta orang.
Hampir seluruh populasi terpusat di sepanjang sungai
Nil, sepanjang
Delta Nil dan dekat Terusan Suez
Agama :
90% dari penduduk Mesir memeluk Islam
(sunni dan sufi), dan 10% memeluk Kristen (mayoritas kristen koptik).
Bahasa : Arab[1]
Lagu Kebangsaan : Biladi, Biladi, Biladi
B. Kondisi
Demografi Dan Potensi Income Negara
Mesir terletak di perbatasan antara
benua Asia dan benua Afrika, serta menjadi pintu masuk bagi kedua benua
tersebut. Mayoritas wilayah Mesir terletak di benua Afrika dan sebagian
kecilnya terletak di benua Asia, yaitu wilayah Sinai yang di dalamnya terdapat
gunung Tursina. Di sebelah utara Mesir terdapat laut Mediteranian (Laut Tengah)
dan disebelah timur terdapat Laut Merah. Kedua laut ini dipertemukan dengan
Terusan suez. Di sebelah barat, Mesir berbatasan dengan Libya, di sebelah
selatan berbatasan dengan Sudan dan di sebelah timur berbatsan dengan Palestina
dan Israel.
Penduduk Mesir sekitar 74 juta orang.
Luas wilayah negara mesir adalah 1.135.489 KM.[2]
Letak
geografis Mesir yang cukup strategis membuat jalur perdagangan diantara negara
di Timur Tengah menjadi lancar, sumber mineral yang paling potensial adalah
penemuan minyak bumi pada pertengahan tahun 1980-an, telah menjadi penghasil
Minyak dunia. Dan dalam dua tahun dapat menghasilkan panen dua kali yaitu panen
utama pada musim dingin adalah gandum, beras, bawang, dan semanggi, sedangkan
panen kedua pada musim panas adalah panen kapas dan jagung.
Mesir juga mempunyai sector income pertambangan dan industry,
seperti biji besi, dan fasfot. Dan hasil industri meliputi semen, minuman,
produk kulit, kertas, baju dan pupuk.
Industri pariwisata juga berperan besar sebagai sumber pemasukan devisa
Mesir. Sektor ini menghasilkan rata-rata dua milyar dollar dari wisatawan
Asing. Disamping memiliki potensi pariwisata, Mesir juga tergolong negara Arab
yang subur. Tidak seperti gambaran negara Timur Tengah pada umumnya, yakni
penuh dengan padang pasir dan sahara, Sungai Nil yang mengalir sepanjang jalur
Mesir menyuburkan tanah pertanian, seolah menyulap gurun yang gersang menjadi
padang rumput yang hijau Di antara hasil pertaniannya adalah korma dan gandum. Bahkan, korma itu
dibudidayakan untuk ekspor ke luar negeri, yang meningkat konsumsinya tiap
menjelang Ramadhan.[3]
C. Potret
Dan Dinamika Penyiaran Agama Islam
Sejarah mesir telah terbentang sejak
3200 tahun SM. Para ahli sejarah membagi perjalanan sejarah Mesir menjadi dua,
yaitu Mesir Kuno dan Mesir Modern. Sejarah Mesir Kuno sendiri dibagi menjadi
dua masa, yaitu:
1.
Sejarah
Mesir Pra-Islam
2.
Sejarah
Mesir Pasca-Islam
Sejarah Mesir Pra-Islam dimulai dengan Zaman Paraonic
yaitu dari tahun 3400-332 SM yang melewati 30 dinasti. Kemudian disusul oleh
periode Hellenistic yaitu dari tahun 332-30 SM. Di sela-sela itulah, yaitu pada
tahun 323 SM, kota Alexandria dibangun oleh Alexander the Great. Kemudian
dilanjutkan oleh periode Romawi yaitu dari tahun 31 SM hingga 621 M.
Adapun pasca-islam, dimulai dari
tahun 642-1914 M. Pada periode ini Mesir dipimpin oleh beberapa dinasti. Adapun
Mesir modern dimulai dari tahun 1914 hingga sekarang disebut dengan Century Egypt. Kemudian
tanggal 28 Februari 1922 menjadi hari kemerdekaan Mesir dari penjajahan
Prancis. Dasn pada tanggal 18 Juli 1953 Mesir ditetapkan sebagai Negara Republik
dengan Jenderal Muhammad Naguib sebagai presiden pertama.[4]
D. Filsafat
Pendidikan Yang Dijadikan Dasar Pengembangan Pendidikan
Filosofi islam dari Mesir,
Muhammad Abduh mengemukakan bahwa
pendidikan bertujuan mendidik akal dan jiwa serta mengembangkannya hingga
batas-batas yang memungkinkan anak didik mencapai kebahagian hidup di dunia dan
akhirat. Proses pendidikan dapat membentuk kepribadian muslim yang seimbang,
pendidikan tidak hanya mengembangkan aspek kognitif (akal) semata tapi perlu
menyeleraskan dengan aspek afektif (moral) dan psikomotorik (keterampilan).[5] Oleh
sebab itulah baru-baru ini terdengar isu bahwa menteri pendidikan Mesir Ahmed
Zaki Badr akan merubah kurikulum tahun akademik 2011/2012 dengan menambahkan
pelajaran tentang “etika”.
Secara historis, modernisasi
pendidikan di Mesir berawal dari pengenalan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi Napoleon Bonaparte pada saat penaklukan Mesir. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dicapai Napoleon Bonaparte yang berkebangsaan Perancis ini, memberikan inspirasi yang
kuat bagi para pembaharu Mesir untuk melakukan modernisasi pendidikan di Mesir
yang dianggapnya stagnan.
Di antara tokoh-tokoh tersebut adalah
Jamaluddin al-Afghani, Muhammad
Abduh, dan Muhammad Ali Pasha. Dua
yang terakhir, secara historis, kiprahnya paling menonjol jika dibandingkan
dengan tokoh-tokoh yang lain. Sistem Pendidikan di negara Mesir meliputi:
1. Sekolah Dasar (Ibtida’i) selama 5 tahun, grade 1 sd grade 5
2. Sekolah Menengah Pertama (I’dadi) selama 3tahun; grade 6 sampai grade 8
3. Sekolah Menengah Atas (Tsanawiyah ‘Ammah) selama 3
tahun; grade 9 sampai grade 11
4. Tingkat universitas selama 4-6 tahun.[6]
Pendidikan wajib di Mesir berlaku
sampai “ grade 8” dan ini dikenal
sebagai pendidikan dasar. Pendidikan tinggi di universitas dan institusi
spesialisasi mengikuti pendidikan akademik umum. Pendidikan padaa sebagian
lembaga perguruan tinggi berlangsung
selama dua,empat, atau lima tahun tergantung pada bidang dan program yang
dipilih.
E. Sistem
Managemen/Pengelolaan Pendidikan
a. Otorita
Sistem pendidikan Mesir adalah
tanggung tanggung jawab Kementrian
Pendidikan negara. Kementrian Pendidikan bertanggung jawab mulai dari
pendidikan prasekolah sampai pendidikan tinggi dalam aspek perencanaan,
kebijakan, kontrol kualitas, koordinasi dan pengembangannya. Pejabat-pejabat
pendidikan di tingkat governorat bertanggung jawab atas pengimplementasiannya.
Ringkasnya, mereka bertanggung jawab atas segala sesuatu untuk menjamin
terselenggaranya operasional sekolah dengan efisien.
Menteri memimpin sidang Dewan
Tertinggi Universitas yang bertanggung jawab atas perencanaan dan pembuatan
kebijakan. Sekolah swasta merupakan bagian penting dalam sistem pendidikan
nasional dan dalam tahun 1988 menampung sekitar 8% murid. Sekolah swasta pada
umumnya berada di bawah pengawasan Kementrian Pendidikan. Dalam praktek,
kurikulum sekolah swasta hampir sama dengan kurikulum yang berlaku di sekolah
negeri.
b. Pendanaan
Perhatian pemerintah Mesir terhadap dunia pendidikan cukup tinggi.
Ada satu slogan yang pernah popular di Mesir, yaitu “Pendidikan adalah hak setiap
penduduk, seperti air dan udara”. Oleh karena itu, bagi penduduk Mesir
Pendidikan di institusi-institusi pemerintah atau negerti sangat murah, jauh
disbanding institusi swasta.
Mesir menerima bantuan dari Bank
Dunia, UNICEF, UNESCO dan negara-negara sahabat seperti Amerika Serikat,
German, Kerajaan Inggris, dan negara-negara Arab. Walaupun jumlah bantuan itu
cukup besar, namun masih banyak lagi yang harus dicapai dalam bidang
pendidikan, terutama dalam meningkatkan efisiensi manajemen dan belanja pendidikan.
Sistem pendidikan saat ini mempertimbangkan sekolah persiapan (sekola menengah
pertama) sebagai jenjang terakhir untuk wajib belajar.
Usia wajib belajar yang selama 6
tahun di Mesir disini mereka bebas bayar, baik disekolah negeri maupun swasta.
c.
Personalia
Kementerian Pendidikan memiliki
hampir 2000 sfat professional dan staf pendukung, biasanya dipilih dengan
cermat. Para perencana, misalnya biasanya dipilih dari lulusan universitas
dengan tambahan pendidikan selama satu tahun di Institut Perencanaan di Kairo.
Pada umumnya, yang dipilih adalah mereka yang telah menunjukkan keterampilan
mengajar yang sangat baik. Pelajaran-pelajaran khusus juga diberikan kepada
orang yang akan menjadi inspektur, konsultan, supervisor, kepala sekolah,
asisten teknik, direktur dan sebagainya.
Universitas saat ini membuka jurusan
untuk pendidikan guru sekolah dasar, yang dalam jangka panjang akan ikut
meningkatkan kualifikasi guru-guru sekolah wajib belajar. Sampai akhir tahun
1980-an, kekurangan guru sudah biasa, tetapi akhir-akhir ini jumlah suplai guru
sudah melebihi pada beberapa sekolah dan daerah. oleh karena itu, guru-guru
baru harus terlebih dahulu mengajar beberapa waktu di pedesaan atau pedalaman
sebelum diberi hak untuk diangkat sebagai guru tetap. Pendidikan guru saat ini
saat ini dilaksanakan di universitas dengan masa belajar selama empat tahun
sebagai pendidikan paling rendah untuk menjadi guru sekolah dasar dan sekolah
menengah.
Terjadi suatu hal yang sangat aneh di
Mesir yaitu kekurangan guru agama Islam dan guru bahasa Arab yang sangat besar
jumlahnya. Juga terdapat kekurangan guru dalam bidang seni, pertanian, music,
dan berbagai cabang ilmu pendidikan teknik. Hal ini mungkin disebabkan oleh
profesi guru yang kurang menarik. Status guru secara umum, dan guru bahasa Arab
khususnya perlu mendapaat perhatian yang lebih sungguh-sungguh.[7]
d. Kurikulum
dan Metodologi Pengajaran
Untuk menangani dunia pendidikan,
pemerintah Mesir memisahkan birokrasi sistem pendidikan. Sistem Pendidikan
Dasar hingga Menengah Atas, berada di bawah naungan seorang menteri di
Departemen Pendidikan dan Pengajaran. Sedangkan Sistem Pendidikan Tinggi berada
di bawah naungan menteri yang berbeda di Departemen Tinggi dan Riset Teknologi.
Dan untuk lembaga pendidikan al-Azhar dengan segal jenjangnya, tidak berada di
bawah Departemen Pendidikan dan Pengajaran atau Departemen Pendidikan Tinggi
dan Riset Teknologi.
Di Mesir, kurikulum adalah hasil
pekerjaan tim. Tim ini terdiri dari konsultan, supervisor, para ahli, para
professor pendidikan, dan guru-guru yang berpengalaman. Biasanya ada sebuah
panitia untuk setiap mata pelajaran atau kelompok pelajaran, dan ketua-ketua
panitia ini diundang rapat sehingga segala keputusan dapat dikoordinasikan.
Buku teks menurut kurikulum tidak persis sama dengan kurikulum yang
dilaksanakan. Perbedaannya disebabkan oleh berbagai faktor seperti kondisi
kelas, kurangnya alat peraga dan perlengkapan lainnya, dan kualitas guru.
Bahasa asing diajarkan pada sekolah
menengah, dan kadang-kadang juga mulai diajarkan pada sekolah-sekolah dasar
swasta. Pelajaran bahasa asing merupakan keharusan di sekolah, dan bahasa
Inggris. Perancis dan Jerman merupakan tiga bahasa asing yang dipilih.
Permerintah Mesir sangat gigih mendorong lebih banyak pengajaran asing terutama
bahasa Ingggris dengan visi pendidikan global.
Materi pelajaran disiapkan oleh
berbagai badan atau lembaga termasuk panitia kurikulum dari semua jurusan, para
akademisi, dan asosiasi guru-guru mata pelajaran. Pada umumnya, sekolah dan
masing-masing guru mempunyai kebebasan yang agak luas dalam memilih materi
pelajaran.
e. Ujian,
Kenaikan Kelas dan Sertifikasi
Sistem ujian di Mesir sangat
mempengaruhi pemikiran murid, orang tua serta para pejabat pendidikan karena
begitu pentingnya hasil ujian itu. Ujian naik kelas ditetapkan pada grade 2,4 dan 5 dan ujian negara pertama dilaksanakan pada akhir grade 8. Murid yang lulus mendapatkan
sertifikat Pendidikan Dasar, dan dengan itu dapat melanjutkan ke pendidikan
yang lebih tinggi. Tak berbeda dengan di Indonesia, jumlah skor dalam ujian
sangat menentukan jenis sekolah yang akan dimasuki, dan hal itu sangat penting
karena pada umumnya hanya murid-murid yang mendapat skor tinggi saja yang dapat
masuk ke sekolah-sekolah menengah akademik yang diingini menuju universitas.
Ujian yang sangat kompetitif ini membuat siswa harus belajar keras, les privat,
dan bahkan menimbulkan aksi pencontekan dalam berbagai rupa.
f.
Evaluasi dan Penelitian Pendidikan
Evaluasi di Mesir untuk dapat naik ke
grade selanjutnya penilaian tidak berasal dari kegiatan sehari- hari dan sikap.
Tetapi dari ujian semester, soalnya berasal dari pemerintah pusat.
Beberapa penelitian pendidikan
dilakukan bekerja sama dengan Bank Dunia, UNESCO, UNICEF, dan badan-badan PBB
lainnya, misalnya penelitian: “Anak Tidak Naik Kelas dan Putus Sekolah”, “Pengaruh
Makanan terhadap Hasil Pendidikan”, “Motivasi Belajar pada Orang-orang Buta
Huruf Dewasa” dan sebagainya. Pada tingkat pendidikan tinggi, perubahan
kebijakan penelitian telah mempengaruhi pengembangan Pusat Penelitian
Pendidikan Nasional Mesir dalam tahun 1989. Penelitian lebih ditekankan pada
penelitian terapan dan penyediaan dana lebih
bersifat kompetitif berdasarkan review.
Penutup
Itulah sekelumit tentang sistem pendidikan di Mesir,
disini ada catatan khusus dari pemakalah yaitu mengenai kekurangan guru agama
islam dan guru bahasa Arab di Mesir tidak saja aneh menurut pemakalah, tetapi
sekaligus membuktikan bahwa jabatan guru bukanlah profesi sambilan. Dianggap
aneh karena SDM potensial tersedia dalam jumlah besar di Mesir, barang kali ilmu
agama islam dan bahasa Arab sudah dianggap kurang ilmiah dan tidak tinggi
prestisenya dibanding ilmu-ilmu lain. Padahal asumsi tersebut adalah keliru,
orang yang mampu berbahasa Arab tidak berarti secara otomatis dapat pula
mengajarkannya kepada orang lain , khususnya di lembaga-lembaga pendidikan.
Daftar Pustaka
Al- Kattani, Abdul Hayyie dkk. 2009.
Study In Islamic Countries. Jakarta:
Gema Insani
Assegaf, Abd. Rachman. 2003. Internasionalisasi Pendidikan. Yogyakarta: Gama Media
Nur, Agustiar Syah. 2001. Perbandingan
Sistem Pendidikan 15 Negara. Bandung:
Lubuk Agung
http://id.wikipedia.org/wiki/Mesir di akses pada hari jumat 24 Februari 2012, pukul 12.01
http://sahabatilmucenter.wordpress.com/landasan-pendidikanfilsafat-ilmu/
diakses pada tanggal 19 Maret 2012 pukul 09.31 WIB
[1] Abdul Hayyie al-Kattani. Dkk, Study
In Islamic Countries, (Jakarta: Gema Insani, 2009) hal. 19-20
[3] Abd. Rachman Assegaf, Internasionalisasi
Pendidikan, (Yogyakarta: Gama Media, 2003) hal. 64-65
[4] Abdul hayyie… 20
[5] http://sahabatilmucenter.wordpress.com/landasan-pendidikanfilsafat-ilmu/
diakses pada tanggal 19 Maret 2012 pukul 09.31 WIB
[6] Op. cit hal. 62
[7] Agustiar Syah Nur, Perbandingan
Sistem Pendidikan 15 Negara, (Bandung: Lubuk Agung, 2001) hal. 232-235
Tidak ada komentar:
Posting Komentar